Inggris Chaos! Demonstran Mulai Sweeping Imigran-Teriak Seruan Rasis

Inggris Chaos!, Kerusuhan masih terjadi di Belfast, Irlandia Utara, Rabu (11/6/2025). Hal ini telah terjadi di wilayah yang sejatinya milik Inggris itu dalam tiga hari berturut-turut. Beberapa lusin perusuh bertopeng di titik api utama Ballymena menyerang polisi, tetapi kerusuhan itu terjadi dalam skala yang lebih kecil di kota itu pada Rabu malam dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

Inggris Chaos

Inggris tengah dilanda gelombang kerusuhan sosial terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir. Sejak akhir Juli 2024, demonstrasi anti-imigran yang berubah menjadi kerusuhan telah melanda berbagai kota di Inggris dan Irlandia Utara. Para demonstran, sebagian besar dari kelompok sayap kanan, melakukan sweeping terhadap imigran dan meneriakkan seruan-seruan rasis, menargetkan komunitas Muslim dan pencari suaka. Aksi ini dipicu oleh penyebaran informasi palsu terkait serangan di Southport yang menewaskan tiga anak perempuan.

Penyebab Kerusuhan: Misinformasi dan Ketegangan Sosial

Kerusuhan dimulai setelah serangan di Southport pada 29 Juli 2024, di mana seorang remaja ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Meskipun pelaku ternyata bukan seorang imigran atau Muslim, informasi palsu yang menyebutkan sebaliknya tersebar luas di media sosial. Hal ini memicu kemarahan di kalangan kelompok sayap kanan, yang kemudian melakukan aksi sweeping terhadap imigran dan fasilitas penampungan pencari suaka.

Aksi ini didorong oleh sentimen anti-imigran yang telah berkembang di Inggris, diperburuk oleh retorika politik yang mengaitkan imigran dengan masalah sosial dan ekonomi. Laporan dari Runnymede Trust menunjukkan bahwa kata “ilegal” sering digunakan dalam diskusi politik untuk menggambarkan imigran, memperkuat stereotip negatif terhadap mereka.

Dampak Kerusuhan: Kekerasan dan Ketegangan Sosial

Kerusuhan ini menyebabkan kerusakan signifikan di berbagai kota. Di Rotherham, demonstran menyerang hotel yang menampung pencari suaka, memecahkan jendela, dan mencoba membakar bangunan tersebut. Di Tamworth, para demonstran melemparkan proyektil dan membakar mobil. Selain itu, masjid-masjid juga menjadi sasaran serangan, dengan batu dilemparkan ke arah bangunan tersebut.

Lebih dari 130 petugas polisi terluka dalam kerusuhan ini, dan lebih dari 1.280 orang telah ditangkap di seluruh Inggris dan Irlandia Utara. Pemerintah Inggris menanggapi dengan keras, menambah kapasitas penjara dan menerjunkan pasukan polisi khusus untuk mengatasi situasi.

Reaksi Masyarakat: Protes Anti-Rasisme dan Solidaritas

Sebagai respons terhadap kerusuhan ini, ribuan orang turun ke jalan untuk menggelar protes anti-rasisme. Di London, Belfast, dan kota-kota lainnya, demonstran mengangkat spanduk bertuliskan “Stop the Far Right” dan “Refugees Welcome”. Mereka menuntut agar pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap kelompok sayap kanan dan menghentikan penyebaran kebencian.

Organisasi-organisasi seperti Stand Up To Racism dan Hope Not Hate memainkan peran penting dalam mengorganisir protes ini, menunjukkan bahwa solidaritas lintas komunitas dapat menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kebencian dan intoleransi.

Tindakan Pemerintah dan Langkah Ke Depan

Pemerintah Inggris, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Keir Starmer, berjanji untuk menindak tegas para pelaku kerusuhan. Langkah-langkah yang diambil termasuk penambahan kapasitas penjara, penerjunan pasukan polisi khusus, dan kolaborasi dengan platform media sosial untuk menghentikan penyebaran informasi palsu.

Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah mengatasi akar penyebab ketegangan sosial, seperti ketidaksetaraan ekonomi, diskriminasi rasial, dan polarisasi politik. Penting bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan komunitas lokal, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan tujuan untuk membangun masyarakat yang inklusif dan toleran.

Kesimpulan

Kerusuhan yang melanda Inggris menunjukkan betapa rapuhnya kohesi sosial dalam menghadapi disinformasi dan sentimen kebencian. Penting bagi semua pihak untuk berkomitmen pada nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan keadilan sosial. Hal ini untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan.

https://globaldefenceforum.com/

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*